Kamis, 21 November 2013

Rindu Rumah

Hakikatnya rumah adalah tempat dimana manusia bernaung.

Rumah adalah pelindung dari kerasnya alam dan kehidupan di dunia ini.

Bagiku, tidak perlu rumah yang besar layaknya istana, tidak perlu perabotan yang mewah untuk menghiasinya. Sederhana dan rapi saja sudah cukup. Yang terpenting bagiku adalah penghuni di dalamnya yang bisa saling menghangatkan, yang bisa saling memahami, yang bisa saling melengkapi, yang bisa saling melindungi, yang bisa saling menjadi pendengar, yang bisa saling membangun dan memberikan motivasi, yang bisa saling memberikan arti dan kesan yang baik antara satu dengan yang lain.

Terkadang pulang ke rumah adalah tujuan utamaku saat lelah dan penat sudah bergumul memenuhi otak dan rasa ini.
Iya, aku ingin pulang, kadang-kadang.

Rabu, 20 November 2013

Bahagia Tampaknya Sederhana

Sederhana itu ketika dua orang,
Satu sama lain saling mencintai.
Sederhana itu ketika dua orang,
Satu sama lain saling merindukan.
Sederhana itu ketika dua orang,
Satu sama lain mempunyai mimpi yang sama.
Yaitu bersama, selalu mengisi satu sama lain, 
saling melengkapi dan saling menerima.

Ketika tidak bisa bertemu, mereka akan saling memberi kabar.
Ketika keduanya berjauhan, mereka akan saling memperhatikan.
Ketika salah satu diantara mereka bersedih, mereka akan saling menghibur.
Ketika salah satu diantara mereka goyah, mereka akan saling menyemangati.
Dan selalu saling menguatkan satu sama lain.

Selasa, 19 November 2013

Bonekamu. Mainanmu.

Aku ini apa?
Apa aku ini bonekamu?
Apa aku ini mainanmu?

Quote

"Rata-rata kadar feritin atau iron store di dalam tubuh manusia itu amat sangat berbeda antara laki-laki dan perempuan. Laki-laki itu rata-rata seratus lebih, sedangkan perempuan itu jarang ada yang di atas lima puluh. Padahal fungsi utama dari besi itu salah satunya adalah untuk transmisi neurosensori dan berpikir. Barangkali di sinilah menjelaskan perempuan lebih sering menggunakan perasaan dibandingkan akal."

- dr. Noroyono Wibowo, SpOG(K) 

Kamis, 04 April 2013

Kamu

Apa kabar?

Rasanya sudah lama kita tidak berjumpa. Semenjak pertemuan kita yang terakhir, hal yang aku ingat adalah sikapmu yang tiba-tiba menjadi dingin.

Kamu kenapa?

Ingin sekali aku tanyakan hal itu? Tapi.. entah kenapa rasanya ada yang menahan bibirku untuk mengatakan hal tersebut. Seakan bibirku sudah terkunci rapat-rapat.

Sebenarnya aku bukan tidak tahu, aku bukan tidak merasakannya. Bahwasanya aku tahu semua itu, aku merasakan semua itu. Hanya saja aku tidak ingin membuat semuanya kacau ataupun berantakan. Aku hanya tidak ingin membahasnya saat ini, sekalipun sebenarnya aku ingin sekali tahu apa yang telah terjadi dengan dirimu.

Sayang?
Tahukah kamu? Aku merindukan sosokmu yang dulu?

Detik ini. Menit ini. Jam ini. Hari ini. Meskipun beberapa jam kita sempat bersama tapi aku merasa hening. Aku merasa tidak benar-benar menjadi diriku saat ini. Apa mungkin aku terlalu menjaga perasaan ini? Aku menjaga agar semua tidak tumpah begitu saja. Aku tidak ingin kamu mengetahuinya. Dan aku membuatnya seolah-olah "aku baik-baik saja".

Dengan demikian aku tidak khawatir akan dirimu yang akan pergi untuk menjauhiku. Dengan begitu kamu akan tetap berada di sampingku, meskipun aku tahu cepat atau lambat itu akan berakhir. Dan pada saatnya itu, semua ini akan benar-benar berakhir, dan kita akan saling melupakan.

Saat ini aku ingin mengakhirinya dan kemudian melupakan semua yang telah terjadi.