Sabtu, 21 April 2012

Straight Face

Kalo di bilang aku cemburu kemudian setelah itu diikuti dengan perasaan kebingungan dan shock yang akut. Jawabannya adalah iyaa. Itulah yang sedang aku rasakan. Tapi pantaskah? Haruskah? Berharap detik ini menjadi orang yang mati rasa. Setidaknya aku tidak akan lagi merasakan perasaan seperti ini. Serasa jantung ini diremas-remas oleh sesuatu yang disebut sakit.

Lalu bila harus demikian, expresi apa yang harus aku munculkan saat ini dan sikap bagaimana yang harus aku tunjukkan saat ini. Tersenyum pun rasanya pipi kanan dan kiri ini susah sekali untuk diangkat.. ( kalo di emoticon gadget saya ini yang disebut dengan "straight face" ato "muka kaku" :| ). Dan kalo harus menangis pun rasanya sudah terlalu lelah.. (nangis itu capek sekali, banyak emosinya yang tercurah disana.. gak mau mewek apalagi mewek di depan cowok).

Apakah ini sebuah petunjuk?

 Entah apakah ini sebuah firasat, kemarin malam tiba-tiba aku memimpikanmu dengannya. Yaahh kamu pergi bersamanya dan tidak lagi menghiraukan aku yang ada disampingmu. Rasanya pengen teriak sekenceng-kencengnya but i can't dear.
Dan malam ini, aku membaca, aku melihat.. dia ada di salah satu bahasanmu dengan temanmu. Mungkin tepat dengan tema bola pada malam ini, yang di tendang di permainkan kesana kemari seperti yang aku rasakan saat ini. Begitulah gambarannya. Rasanya  baru saja kita tertawa bersama, baru beberapa detik yang lalu kita menghabiskan malam minggu bersama dan sekarang, ketika aku memandangi tulisan yang kamu buat seakan gak percaya semua itu. Kamu kan yang menulisnya? Katakan bukan kamu yang menulisnya... :'(

Sebelumnya, aku mewakili perasaanku sama sekali tidak berniat membencinya. Tau kan apa maksudku?
Kurang lebihnya aku tau perasaanmu seperti apa dengannya. Aku bisa merasakannya. Aku sungguh-sungguh tidak berniat untuk membencinya, hanya saja semua berlangsung begitu saja. Yang membuat keadaan semakin rumit.

Kini yang jadi pertanyaan?
Apakah buatmu masih penting untuk di bahas lagi? Apakah kamu masih tidak dapat melupakannya? Apakah kamu masih mengharapkannya? Apakah masih ada perasaan itu? Apakah dia masih menjadi tujuanmu?

Lalu untuk apa aku disini? Untuk apa aku berdiri disini? Seakan-akan suatu kebodohan memulai semua ini.

Jangan pernah bilang ato mengartikan semua ini sebagai suatu keterpaksaan. Tidak bisakah kamu membaca yang aku lakukan buat kamu. Tidak bisakah kamu mengerti isyarat yang aku berikan. Pahami itu. Jangan membuat ini sebuah kesia-siaan. Aku disini, berdiri disini untukmu. Tidak ada perihal lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.